Pramono-Rano Unggul Sementara di Pilkada Jakarta: Apa Kunci Kemenangan Mereka?

Tyraoraurus, Nasional – Pasangan Pramono Anung-Rano Karno berhasil memimpin pemilihan Gubernur Jakarta pada 27 November 2024. Berdasarkan hitung cepat yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei, pasangan yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini memperoleh 51,03 persen suara. Jika hasil ini tercermin dalam perhitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 16 Desember 2024, Pramono dipastikan akan menjabat sebagai Gubernur Jakarta ke-18 pada periode 2024-2029.

Dikutip dari Tempo dot Co, hasil hitung cepat dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan perolehan suara Pramono-Rano sebesar 51,03 persen, Ridwan Kamil-Suswono 38,8 persen, dan pasangan independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana 10,17 persen. Hasil ini diperoleh setelah 100 persen suara masuk pada pukul 18.24 WIB, dengan margin of error 1,22 persen.

Selain SMRC, hasil hitung cepat dari lembaga survei lain juga menunjukkan kecocokan, seperti Charta Politika, Indikator Politik Indonesia, Lembaga Survei Indonesia (LSI), dan Parameter Politik Indonesia. Misalnya, Charta Politika mencatat Pramono-Rano meraih 50,15 persen, sementara Ridwan-Suswono 39,25 persen. Lembaga survei lainnya juga mencatat angka serupa.

Mengenal Alasan di Balik Pemilihan Pramono-Rano

Salah satu pemilih, Ahmad Hadiansyah, seorang pegawai swasta berusia 24 tahun, mengaku memilih Pramono-Rano setelah melalui proses pertimbangan yang cukup matang. Ahmad yang merupakan warga asli Betawi ini mengaku terpikat dengan sosok Rano Karno, yang dikenal luas berkat perannya sebagai Si Doel dalam sinetron "Si Doel Anak Sekolahan." "Saya melihat Doel menjadi representasi warga Betawi," ujar Ahmad saat ditemui di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 41, Grogol Utara, Jakarta Barat, pada 27 November 2024.

Sebelum memutuskan pilihan, Ahmad juga membandingkan rekam jejak ketiga pasangan calon. Selain Pramono-Rano, ia menilai pasangan Ridwan-Suswono memiliki dukungan dari berbagai partai besar, sementara Dharma-Kun maju melalui jalur independen.

Faktor-Faktor Kemenangan Pramono-Rano

Direktur Eksekutif Para Syndicate, Virdika Rizky Utama, mengungkapkan bahwa kunci utama kemenangan Pramono-Rano adalah kemampuan mereka untuk menarik dukungan dari pendukung dua mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). "Pramono-Rano berhasil menyatukan pendukung Anies dan Ahok yang sebelumnya berseberangan pada pilkada Jakarta 2017," ujar Virdika, yang juga mencatat bahwa popularitas Rano sebagai Si Doel turut berperan dalam menarik suara generasi milenial dan Z yang mengenal karakter tersebut.

Dikutip dari Tempo dot Co, Virdika juga menyebutkan bahwa pasangan Pramono-Rano berhasil memanfaatkan media sosial, termasuk platform TikTok, untuk mendekati pemilih muda. "Generasi Z dan milenial mungkin tidak begitu mengenal Si Doel, tetapi generasi sebelumnya masih banyak yang ingat," lanjutnya.

Blunder Kampanye Ridwan-Suswono

Sementara itu, pasangan Ridwan-Suswono dianggap kalah karena sejumlah kesalahan selama kampanye. Virdika menyoroti pernyataan kontroversial Suswono tentang "janda kaya dan pemuda pengangguran," yang dianggap merugikan citra mereka di Jakarta, yang dikenal memiliki tingkat pendidikan tinggi. "Pernyataan itu cukup fatal karena di Jakarta, berbicara kesetaraan adalah hal yang sensitif," kata Virdika.

Tanggapan Pengamat dan Dukungan Anies

Pengamat politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto, menilai bahwa kondisi politik di Jakarta sangat berbeda dengan daerah lain, mengingat sorotan publik yang besar terhadap potensi kecurangan pilkada. Menurut Arif, strategi Pramono-Rano yang tidak terlalu menonjolkan partai politik mereka dalam kampanye membuat mereka lebih diterima oleh berbagai elemen masyarakat.

Mochammad Adam Kamil, Direktur Riset Indikator Politik Indonesia, menilai bahwa kemenangan Pramono-Rano juga dipengaruhi oleh kekecewaan sejumlah pendukung Anies terhadap PKS, yang tidak solid mendukung pasangan Ridwan-Suswono. Adam menambahkan bahwa dukungan Anies menjadi faktor penting yang mendorong migrasi suara ke Pramono-Rano.

Ketidaktegasan Prabowo dan Faktor Kemenangan Pramono-Rano

Menurut Adi Prayitno, Direktur Parameter Politik Indonesia, ketidaktegasan dukungan Presiden Prabowo Subianto terhadap pasangan Ridwan-Suswono juga berperan dalam kekalahan mereka. "Prabowo lebih jelas mendukung pasangan KIM plus di Jawa Tengah dan Banten, tapi di Jakarta, dukungannya terlihat kurang maksimal," jelas Adi.

Analisis Pilkada Jakarta oleh Yayan Hidayat

Direktur Eksekutif The Strategic Research and Consulting, Yayan Hidayat, juga menilai bahwa hasil quick count menunjukkan dinamika pilkada Jakarta yang masih dapat berubah. Ia menyebutkan bahwa pilkada Jakarta bisa saja berlangsung dua putaran jika perolehan suara Pramono-Rano berada di bawah 50 persen.

Yayan juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi suara Pramono-Rano adalah migrasi suara yang lebih mengarah kepada pasangan Dharma-Kun Wardana, yang mendapatkan 3 persen lebih banyak dibandingkan hasil survei sebelumnya.

Respon dari Pramono Anung dan Ridwan Kamil

Pramono Anung merespons positif hasil hitung cepat yang menunjukkan keunggulannya. "Kami berterima kasih kepada warga Jakarta, namun kita tetap menunggu hasil akhir dari real count KPU," ujar Pramono. Sementara itu, Ridwan Kamil menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu hasil resmi dari KPU Jakarta, dan jika pilkada berlangsung dua putaran, pihaknya akan melakukan evaluasi strategi.

Dikutip dari Tempo dot Co, Ridwan juga menambahkan bahwa timnya akan mengevaluasi kampanye dan koalisi mereka jika pilkada Jakarta berlanjut ke putaran kedua. "Kami akan mengevaluasi koalisi, strategi kampanye, dan pola komunikasi kepada warga Jakarta," ujar Ridwan.

Reaksi dari Dharma Pongrekun

Dharma Pongrekun, calon yang maju secara independen, menyatakan rasa senang dan bangga atas hasil quick count yang mencatatkan namanya. "Hasil ini menyenangkan dan membanggakan," ungkapnya di Rumah Pemenangan Jakarta Selatan.

Dengan hasil yang belum final, seluruh pihak akan menunggu pengumuman resmi dari KPU untuk menentukan siapa yang akan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta pada periode mendatang.

Komentar